Kamis, 04 Juni 2020

Sejarah Zodiak & Astrologi

Rubrik horoskop atau ramalan bintang di majalah dan tabloid pernah menjadi rubrik yang paling ditunggu-tunggu. Apa kamu sempat mengalaminya juga? Sudah tahu sejarahnya atau belum?

Astrologi merupakan ilmu yang menghubungkan antara gerakan benda-benda tata surya dengan nasib manusia. Benda tata surya berupa planet, bulan, dan matahari. Seluruh planet, matahari, dan bulan beredar pada lingkaran ekliptikanya masing-masing.

Ramalan astrologi ini muncul berdasarkan kedudukan benda-benda tata surya ini di dalam zodiak. Kedudukan pada suatu masa tertentu menentukan tanda zodiak tertentu. Untuk mengetahui lebih jelas, simak sejarah lahirnya ilmu astrologi selengkapnya berikut ini!

1. Ada dua tipe zodiak

Sejarah Lahirnya Zodiak & Astrologi yang Sebenarnya, Sudah Tahu Belum?navalastroservices.com

Sebenarnya ada dua tipe zodiak, yaitu: zodiak tropikal dan zodiak sideral. Namun saat ini seluruh dunia telah menggunakan zodiak tropikal, yaitu zodiak berdasarkan waktu tropikal atau gerakan zenit matahari melintasi langit, selama setahun lamanya. 

2. Astrologi muncul sejak tahun 400 SM

Sejarah Lahirnya Zodiak & Astrologi yang Sebenarnya, Sudah Tahu Belum?wikimedia.org

Dibuat oleh bangsa Mesir Kuno. Selanjutnya bangsa Yunani Kuno yang mematenkan nama-nama zodiak: Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Carpicorn. Aquarius, dan Pisces.

3. Ilmu ini dicetuskan oleh bangsa Babylonia

Sejarah Lahirnya Zodiak & Astrologi yang Sebenarnya, Sudah Tahu Belum?astropraveen.com

Zodiak dibuat oleh suku Babel, suku yang berada di Mesopotamia, di antara sungai Tigris dan Eufrat (bagian tenggara Irak). Bangsa Babel memang populer dengan entitas yang suka menyembah benda-benda langit. Mereka meyakininya sebagai dewa-dewi dan memprediksi masa depan melalui pergerakan benda-benda langit.

4. Bangsa Babel dikalahkan oleh bangsa Persia

Sejarah Lahirnya Zodiak & Astrologi yang Sebenarnya, Sudah Tahu Belum?myjewishlearning.com

Tahun 539 SM, Persia mengambil alih kekuasaan. Kemudian mereka berhijrah ke daratan Eropa Selatan (Romawi dan Yunani). Dari sinilah diturunkannya praktik meramal berdasarkan bintang

Sejarah Lahirnya Zodiak & Astrologi yang Sebenarnya, Sudah Tahu Belum?

Dari awal munculnya sampai tersebar, begini ceritanya

Rubrik horoskop atau ramalan bintang di majalah dan tabloid pernah menjadi rubrik yang paling ditunggu-tunggu. Apa kamu sempat mengalaminya juga? Sudah tahu sejarahnya atau belum?

Astrologi merupakan ilmu yang menghubungkan antara gerakan benda-benda tata surya dengan nasib manusia. Benda tata surya berupa planet, bulan, dan matahari. Seluruh planet, matahari, dan bulan beredar pada lingkaran ekliptikanya masing-masing.

Ramalan astrologi ini muncul berdasarkan kedudukan benda-benda tata surya ini di dalam zodiak. Kedudukan pada suatu masa tertentu menentukan tanda zodiak tertentu. Untuk mengetahui lebih jelas, simak sejarah lahirnya ilmu astrologi selengkapnya berikut ini!

1. Ada dua tipe zodiak

Sejarah Lahirnya Zodiak & Astrologi yang Sebenarnya, Sudah Tahu Belum?navalastroservices.com

Sebenarnya ada dua tipe zodiak, yaitu: zodiak tropikal dan zodiak sideral. Namun saat ini seluruh dunia telah menggunakan zodiak tropikal, yaitu zodiak berdasarkan waktu tropikal atau gerakan zenit matahari melintasi langit, selama setahun lamanya. 

2. Astrologi muncul sejak tahun 400 SM

Sejarah Lahirnya Zodiak & Astrologi yang Sebenarnya, Sudah Tahu Belum?wikimedia.org

Dibuat oleh bangsa Mesir Kuno. Selanjutnya bangsa Yunani Kuno yang mematenkan nama-nama zodiak: Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Carpicorn. Aquarius, dan Pisces.

3. Ilmu ini dicetuskan oleh bangsa Babylonia

Sejarah Lahirnya Zodiak & Astrologi yang Sebenarnya, Sudah Tahu Belum?astropraveen.com

Zodiak dibuat oleh suku Babel, suku yang berada di Mesopotamia, di antara sungai Tigris dan Eufrat (bagian tenggara Irak). Bangsa Babel memang populer dengan entitas yang suka menyembah benda-benda langit. Mereka meyakininya sebagai dewa-dewi dan memprediksi masa depan melalui pergerakan benda-benda langit.

Baca Juga: Berperilaku Aneh, 7 Bintang di Alam Semesta Ini Bikin Astronom Bingung

4. Bangsa Babel dikalahkan oleh bangsa Persia

Sejarah Lahirnya Zodiak & Astrologi yang Sebenarnya, Sudah Tahu Belum?myjewishlearning.com

Tahun 539 SM, Persia mengambil alih kekuasaan. Kemudian mereka berhijrah ke daratan Eropa Selatan (Romawi dan Yunani). Dari sinilah diturunkannya praktik meramal berdasarkan bintang. 

5. Lahirnya astrologi horoskop

Sejarah Lahirnya Zodiak & Astrologi yang Sebenarnya, Sudah Tahu Belum?astrologicalmandala.com

Sekitar abad 2 SM, lahirlah astrologi horoskop melalui pencampuran ilmu astrologi Babel dan tradisi Mesir. Banyak pengaruh terhadap astrologi Bangsa Mesir yang diberikan oleh astrologi kebudayaan Mesopotamia. Pengaruh dari kebudayaan Mesopotamia dicontohkan pada dua simbolisasi dalam zodiak Libra dan Scorpio bangsa Mesir pada zodiak Dendera bangsa Mesir.

6. Penyebaran astrologi

Sejarah Lahirnya Zodiak & Astrologi yang Sebenarnya, Sudah Tahu Belum?horoscopicastrologyblog.com

Kemudian astrologi menyebar dengan cepat ke Eropa, Timur Tengah, India, hingga yang kita kenal sekarang. Sekarang seluruh bagian belahan dunia telah mengenal ilmu astrologi ini, tapi tetap saja penerapannya tergantung kepercayaan masing-masing individunya. Meskipun ada cukup banyak yang berusaha meneliti lebih lanjut dari segi psikologis sample pemilik tiap zodiak.

Meski ilmu ini sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, namun tidak sedikit pula ilmu yang menentangnya. Bagaimana bisa nasib manusia ditentukan oleh pergerakan benda-benda langit? Kalau kamu, termasuk yang percaya atau tidak?

SEJARAH ASAL MUASAL VIRUS CORONA

SEJARAH ASAL MUASAL VIRUS CORONA

Sejarah virus corona

Dilihat dari sejarahnya, virus corona pertama kali diidentifikasi sebagai penyebab flu biasa pada tahun 1960. Hingga sampai tahun 2002, virus itu belum dianggap fatal.

Tetapi, pasca adanya Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-Cov) di China, para pakar mulai berfokus pada penyebab dan menemukan hasil apabila wabah ini diakibatkan oleh bentuk baru corona.

Pada tahun 2012, terjadi pula wabah yang mirip yakni Middle East Respiratory Syndrome (MERS-Cov) di Timur Tengah. Dari kedua peristiwa itulah diketahui bahwa corona bukan virus yang stabil serta mampu berdaptasi menjadi lebih ganas, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Sejak itulah, penelitian terhadap corona semakin berkembang.




Munculnya jenis baru corona


Prof Soewarno yang juga Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga tersebut berpendapat bahwa virus corona jenis baru atau Novel Corona Virus ( 2019-nCoV ) yang sekarang sedang berkembang, bukan merupakan sebuah hal baru, melainkan hasil dari mutasi. Virus itu serupa dengan corona yang menjadi penyebab SARS-Cov dan MERS-Cov.

"Sebenarnya virus corona sudah ditemukan sejak lama, baik pada manusia maupun hewan. Contohnya unggas, kalkun, babi, tikus, kucing, dan anjing yang masing-masing ada sendiri. Begitu juga manusia," ujarnya seperti dikutip dari laman resmi Unair.

Sementara ini, terdapat tujuh jenis virus corona yang ditemukan sejak tahun 1960 hingga tahun 2019 kemarin dengan nama Novel Corona Virus.



Virus corona sendiri terbagi menjadi empat jenis genus, yakni:

Alpha coronavirus

Beta coronavirus

Gamma coronavirus

Delta coronavirus

Namun, virus corona yang menyerang manusia hanya berasal dari genus alpha dan genus beta (paling berbahaya). Sementara virus corona yang menyerang hewan adalah genus delta serta genus gamma


7 jenis virus corona baru


4 virus corona yang menulari manusia:

HCoV-229E (alpha coronavirus)

HCoV-NL63 (alpha coronavirus)

HCoV-OC43 (beta coronavirus)

HCoV-HKU1 (beta coronavirus)

3 virus corona yang menginfeksi hewan merupakan genus beta pasca berevolusi dalam bentuk baru, yakni:

SARS-Cov

MERS-Cov

2019-ncov

"Secara struktur, ketiga virus corona jenis baru itu, memiliki persamaan dari segi struktur maupun morfologi. Tetapi berbeda secara genetik dan host. Selain itu, karena mampu menginfeksi manusia, maka virus ini dikategorikan sebagai zoonosis," kata Prof. Soewarno.


Tak hanya itu saja, virus corona juga mempunyai sejumlah karakteristik. Yakni, bersifat Single-stranded RNA sehingga mudah untuk mengalami mutasi.

Selanjutnya, terdapat empat macam protein yang berperan penting di dalamnya, antara lain:

protein spike

protein matrix

protein envelope

nucleoprotein

Dari keempatnya, protein spike merupakan jenis yang paling sering melakukan mutasi karena memiliki peran sebagai reseptor yang menempel di host.

"Dulunya, virus corona ini tergolong host-spesific. Artinya, hanya bisa menginfeksi antar binatang atau antar manusia saja. Tetapi dengan adanya proses mutasi, memungkinkan untuk menginfeksi makhluk hidup lain."

"Selain itu, corona juga bisa mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh lingkungan, host, waktu, serta perubahan sifat RNA-nya," jelasnya.

Penyebaran novel corona virus

Dari sejumlah pemberitaan yang beredar, penyebaran 2019-nCoV, diduga memiliki keterkaitan dengan aktivitas sejumlah masyarakat dalam mengonsumsi satwa liar seperti tikus, kelelawar, curut, karnivora, dan primata.

Meskipun masih terdapat polemik mengenai perihal penyebab pasti dari 2019-nCoV, baik pakar maupun otoritas kesehatan terus bergerak untuk melakukan penelitian lanjutan maupun penanganan terkait virus ini.

"Berbeda dengan virus corona yang beredar sebelumnya, dimana SARS-Cov berasal dari kelelawar, sementara MERS-Cov ditularkan oleh unta. Sejauh ini, diperoleh kesimpulan apabila 2019-ncov, mengalami mutasi pada kelelawar, lalu berlanjut ke ular, dan berakhir masuk ke manusia. Karena itu, masyarakat disarankan untuk menghindari konsumsi satwa liar," ujar Prof. Soewarno

Dia mencontohkan pada hewan kelelawar. Menurutnya, terdapat tiga jenis kelelawar, yakni kelelawar pemakan serangga, kelelawar penghisap darah, dan kelelawar pemakan buah.

Ketiga jenis kelelawar tersebut sama-sama bertindak sebagai vektor virus atau perantara penyakit sehingga tak disarankan untuk dikonsumsi manusia.

"Selain itu, kelelawar juga dapat membawa virus dari beberapa jenis, seperti halnya lyssavirus, coronavirus, adenivirus, dan paramyxovirus, yang ditularkan melalui gigitan atau air liur. Jika hal itu terjadi, maka akan berbahaya bagi manusia," katanya.

Upaya pencegahan

Tak hanya menyebar melalui satwa liar, 2019-nCoV juga menginfeksi antar manusia melalui batuk maupun bersin. Oleh karena itu, masyarakat diimbau ikut mencegah penyebaran virus, antara lain dengan:

Menjaga imunitas

Menjaga lingkungan

Menggunakan masker saat berada di ruang terbuka

Mengolah makanan dengan tepat

Jangan konsumsi satwa liar

Segera ke dokter apabila mengalami gejala seperti sakit tenggorokan, flu, batuk, demam, atau sesak nafas.

Agar tak tertular, maka masyarakat harus:

Menghindari kontak jarak dekat dengan penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Menggunakan alat pelindung diri (APD)

Sering mencuci tangan setelah melakukan kontak bersama lingkungan orang sakit

Mengingatkan mengenai etika batuk kepada pasien ISPA. 



sumber tribunmanado


Sejarah virus corona

Virus korona punya sejarah panjang. Semula, virus ini teridentifikasi dari penderita flu biasa. Belakangan, virus makin ganas, menimbulkan penyakit parah, karena lompatan virus korona hewan ke manusia.



Saat ini, manusia dan perekonomian dunia nyaris berhenti bergerak akibat virus korona. Tak berdaya menghadapi makhluk berukuran 80-150 nanometer. Tak tahu pasti kapan bisa bergerak leluasa kembali.

Sejarah virus korona pada manusia dimulai tahun 1965, saat DA Tyrrell dan ML Bynoe dari Rumah Sakit Harvard, Inggris, mengisolasi virus dari saluran pernapasan orang dewasa dengan flu biasa. Pada waktu bersamaan dan setelah itu, para peneliti lain mendapatkan virus-virus dengan karakteristik mirip dari orang-orang yang kena flu.

Akhir 1960-an, Tyrrell memimpin sekelompok ahli virologi meneliti strain virus pada manusia dan sejumlah binatang. Virus itu, antara lain, virus bronkitis, virus hepatitis pada tikus, virus penyebab radang lambung pada babi. Semua virus itu secara morfologi mirip jika dilihat dengan mikroskop elektron. Kelompok virus tersebut lantas dinamakan virus korona berdasarkan bentuk permukaan yang mirip mahkota. Belakangan, korona resmi diterima sebagai genus baru virus.

Kajian Jeffrey S Kahn dan Kenneth McIntosh yang dimuat di the Pediatric Infectious Disease Journal, November 2005, menyatakan, korona menimbulkan infeksi saluran pernapasan berupa pneumonia pada bayi dan anak. Virus itu juga memicu asma pada anak-anak dan orang dewasa serta infeksi saluran pernapasan parah pada orang lanjut usia.

Selain pada manusia, kemajuan penelitian ragam virus korona pada hewan juga meningkat pesat. Virus diketahui menimbulkan berbagai penyakit pada hewan, seperti tikus, ayam, kalkun, anak sapi, anjing, kucing, kelinci, dan babi.

Virus-virus itu ada yang hanya beredar pada populasi hewan, tapi ada yang menular ke manusia. Karena itu, korona kemudian dikenal sebagai virus zoonotik atau bisa menular dari hewan ke manusia.

Menjadi wabah

Tidak mengherankan, penyebab sindrom pernapasan akut parah (severe acute respiratory syndrome/SARS) tahun 2002-2003 di China selatan adalah virus korona yang berasal dari hewan. Epidemi SARS dilaporkan sedikitnya di 26 negara di Asia, Eropa, Amerika Utara, dan Amerika Selatan.

Laman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, virus korona SARS (SARS-CoV) yang diidentifikasi pada 2003 diyakini dari hewan. Sumbernya diperkirakan kelelawar yang menular ke luwak lantas menginfeksi manusia pertama kali di Provinsi Guangdong, China, pada 2002.

Gejala SARS mirip influenza, seperti demam, menggigil, lemah, nyeri otot, sakit kepala. Batuk kering, napas pendek, dan diare tampak pada minggu pertama dan kedua, kemudian menjadi parah secara cepat sehingga perlu perawatan intensif.Sejarah Panjang Virus Korona

Virus korona punya sejarah panjang. Semula, virus ini teridentifikasi dari penderita flu biasa. Belakangan, virus makin ganas, menimbulkan penyakit parah, karena lompatan virus korona hewan ke manusia.


Saat ini, manusia dan perekonomian dunia nyaris berhenti bergerak akibat virus korona. Tak berdaya menghadapi makhluk berukuran 80-150 nanometer. Tak tahu pasti kapan bisa bergerak leluasa kembali.

Sejarah virus korona pada manusia dimulai tahun 1965, saat DA Tyrrell dan ML Bynoe dari Rumah Sakit Harvard, Inggris, mengisolasi virus dari saluran pernapasan orang dewasa dengan flu biasa. Pada waktu bersamaan dan setelah itu, para peneliti lain mendapatkan virus-virus dengan karakteristik mirip dari orang-orang yang kena flu.

Akhir 1960-an, Tyrrell memimpin sekelompok ahli virologi meneliti strain virus pada manusia dan sejumlah binatang. Virus itu, antara lain, virus bronkitis, virus hepatitis pada tikus, virus penyebab radang lambung pada babi. Semua virus itu secara morfologi mirip jika dilihat dengan mikroskop elektron. Kelompok virus tersebut lantas dinamakan virus korona berdasarkan bentuk permukaan yang mirip mahkota. Belakangan, korona resmi diterima sebagai genus baru virus.

Kajian Jeffrey S Kahn dan Kenneth McIntosh yang dimuat di the Pediatric Infectious Disease Journal, November 2005, menyatakan, korona menimbulkan infeksi saluran pernapasan berupa pneumonia pada bayi dan anak. Virus itu juga memicu asma pada anak-anak dan orang dewasa serta infeksi saluran pernapasan parah pada orang lanjut usia.

Selain pada manusia, kemajuan penelitian ragam virus korona pada hewan juga meningkat pesat. Virus diketahui menimbulkan berbagai penyakit pada hewan, seperti tikus, ayam, kalkun, anak sapi, anjing, kucing, kelinci, dan babi.

Virus-virus itu ada yang hanya beredar pada populasi hewan, tapi ada yang menular ke manusia. Karena itu, korona kemudian dikenal sebagai virus zoonotik atau bisa menular dari hewan ke manusia.

Menjadi wabah

Tidak mengherankan, penyebab sindrom pernapasan akut parah (severe acute respiratory syndrome/SARS) tahun 2002-2003 di China selatan adalah virus korona yang berasal dari hewan. Epidemi SARS dilaporkan sedikitnya di 26 negara di Asia, Eropa, Amerika Utara, dan Amerika Selatan.

Laman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, virus korona SARS (SARS-CoV) yang diidentifikasi pada 2003 diyakini dari hewan. Sumbernya diperkirakan kelelawar yang menular ke luwak lantas menginfeksi manusia pertama kali di Provinsi Guangdong, China, pada 2002.

Gejala SARS mirip influenza, seperti demam, menggigil, lemah, nyeri otot, sakit kepala. Batuk kering, napas pendek, dan diare tampak pada minggu pertama dan kedua, kemudian menjadi parah secara cepat sehingga perlu perawatan intensif.

Penularan virus dari manusia ke manusia lewat percikan cairan bersin dan batuk serta tinja umumnya terjadi di fasilitas kesehatan. Setelah dilakukan penerapan pengendalian infeksi yang tepat, akhirnya wabah SARS mereda.

Gelombang wabah virus korona berikutnya adalah Sindrom Pernapasan Timur Tengah (Middle East respiratory syndrome/MERS). Penyakit yang disebabkan virus MERS‐CoV ini diindetifikasi di Arab Saudi tahun 2012. Sumber virus ini adalah unta. Belum dipastikan rute penularan dari unta ke manusia. Yang pasti, wabah terjadi akibat penularan dari manusia ke manusia di fasilitas kesehatan.

Orang yang terinfeksi bisa tanpa gejala, tapi ada yang batuk ringan, demam, napas pendek, hingga gangguan pernapasan akut parah yang perlu ventilator, bahkan kematian. Diare dan pneumonia juga dilaporkan.

Virus ini umumnya menyebabkan penyakit parah pada orang lanjut usia, orang dengan kekebalan tubuh lemah, serta yang memiliki penyakit kronis seperti gangguan ginjal, kanker, gangguan paru, dan diabetes.

Sejak September 2012, ada 27 negara di Asia, Afrika, Eropa, Amerika, melaporkan kasus MERS. Wabah besar terjadi di Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Korea Selatan. Meski wabah sudah berhenti, kasus MERS masih terus terjadi. Hingga kini dilaporkan ada 2.494 kasus positif MERS dengan 858 kematian.

Korona baru

Wabah terbaru virus korona terjadi sejak akhir tahun 2019, bermula di Wuhan, Provinsi Hubei, China. Virus diduga bersumber dari kelelawar yang menular ke hewan lain sebelum ”melompat” ke manusia.

Meski bentuknya mirip, virus ini memiliki perbedaan karakter sehingga dinamakan SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 (penyakit akibat virus korona 2019).

Sebagaimana infeksi korona lain, tampilan klinisnya dari tanpa gejala, gangguan pernapasan ringan, pnumonia sampai gangguan pernapasan parah, gagal ginjal serta kematian. Penularan juga lewat percikan cairan dari bersin dan batuk. Masa inkubasi sekitar 2-14 hari, rata-rata gejala tampak pada hari ke-5.

Berbeda dengan SARS dan MERS yang menular saat penyakit mulai parah, pada Covid-19 orang sudah bisa menularkan pada tiga hari pertama kena virus.

Namun, berbeda dengan SARS dan MERS yang menular saat penyakit mulai parah, pada Covid-19 orang sudah bisa menularkan pada tiga hari pertama kena virus. Akibatnya, laju penularan Covid-19 sangat tinggi. Jika SARS sekitar 3, MERS kurang dari 1, laju penularan Covid-19 adalah 1,4-2,5.

Pengendalian wabah sangat tergantung dari kewaspadaan, kesigapan dan kesiapan infrastruktur kesehatan sejak dari manajemen pemerintah pusat dan daerah dalam menerapkan upaya kesehatan masyarakat, hingga ke fasilitas dan tenaga kesehatan dalam merawat penderita. Dunia telah menjadi satu kesatuan akibat tingginya mobilitas manusia dan barang. Karena itu, tidak ada lagi penyakit negara lain, kita semua bisa terkena.

Hal lain, kita harus melakukan tugas utama manusia, yakni menjaga keseimbangan alam. Dengan mengonsumsi segala sesuatu secukupnya, makan hanya yang benar-benar aman dan sehat. Dengan demikian, bisa mengurangi kemungkinan lompatan virus dari hewan liar ke manusia.